Item bucketlist yang Tertinggal
Saat saya menduduki Sekolah Menengah Atas, saya telah menyusun daftar terkait hal - hal apa saja yang ingin saya raih dan berhasil saya dapatkan. Setiap kali berhasil list yang saya lakukan, saya akan mencoretnya yang bertanda bahwasanya keinginan yang sudah saya tulis berhasil saya lakukan. By the way, kira - kira apa sih yang dimaksud dengan bucketlist? berdasarkan dari apa yang saya baca, bahwasanya bucketlist adalah sebuah daftar keinginan yang ingin diraih oleh seseorang selama ia hidup di dunia bumi tercinta ini. Menyusun bucketlist di kehidupan kita, berarti kita secara tidak langsung sudah membuat diri kita menjadi manusia yang terencana. Terencana dalam artian, dari keinginan yang sudah kita tulis dengan menggunakan tinta emas kejayaan, kita memotivasi diri untuk mewujudkannya. Untuk mewujudkan dari masing - masing list tersebut perlu namanya upaya dan proses.
Sebuah proses memakan waktu yang tidak begitu singkat, perlu namanya latihan, tenaga, waktu, jungkir balik, berpikir, dan bersikap. Salah satu bucketlist saya saat SMA adalah dapat berbicara di depan umum/ public speaking. Saat ingin mewujudkanya, saya terlebih dulu mempelajari lewat teori. Saya membeli buku - buku untuk berkomunikasi yang elok itu seperti apa, lalu saya melihat dan melakukan observasi terhadap orang - orang terdekat saya baik dari Bapak Ibu saya bahkan teman - teman saat mereka terampil berbicara didepan umum. Oh, ternyata perlu namanya ilmu dan bahan yang ingin dibicarakan, celetuk hatiku. Kebetulan saat di SMA tepatnya di bangku kelas dua, saya dikasih kepercayaan oleh ketua OSIS untuk menjadi ketua acara Funbike dari rangkaian program acara PENSI/ Pentas seni, olahraga, dan keilmuan yang diadakan oleh SMA saya. Awal ditunjuk, saya sempat ragu karena saya tidak memiliki rasa percaya diri untuk berbicara didepan orang banyak, akan tetapi hati ini berbicara " do it, do it". Dan pada akhirnya grogi saat bicara akhirnya menjadi plong saat berbicara. Saat diposisi ini, saya memerlukan waktu sekitar 6 bulan untuk berlatih. Hal ketakutan/ tidak percaya diri adalah sebuah dinding yang harus kita hancurkan, agar kita dapat bergerak kedepanya.
Semakin jalanya waktu, bucketlist yang awalnya hanya selembar, bertumpuk menjadi tumpukan lembaran yang begitu banyak. Keinginan saya urutkan secara garis besar adalah keterampilan berbahasa, bermusik, bersosialisasi, bernegoisasi, berpikir kritis, berniaga, dan hal - hal lain yang dimana bisa untuk menumbuhkan diriku menjadi tanaman yang kokoh. Tidak lupa saya memupukan diri ini dengan lingkungan, tontonan, bacaan, dan tongkrongan yang mengasih pandangan kehidupan yang sangat luas dan kompleks.
List yang sudah saya susun dengan baik, terkadang masih terdapat item yang belum saya coret, bukan berarti saya tidak sanggup untuk melakukanya tapi karena jam tayang untuk mewujudkan keinginan - keinginan itu masih kurang. Apakah saya tetap mempertahankan list tersebut? yap, saya masih mempertahankannnya, karena untuk mewujudkannya bisa jadi di waktu akan datang suatu saat list tersebut akan tercoret dengan sendirinya.
a bunch list i had already arranged terdapat satu list yang saya tidak input ke dalam daftar isi baik yang ada di lembaran yang saya coret, dan dari pikiran yang tidak saya pikirkan di kepala saya. Apakah list tersebut? Cinta, mencintai seorang perempuan tidak saya pikirkan ke dalam list ini. saya hanya memikirkan untuk proses kematangan diri tanpa memikirkan siapa yang akan menemani diri ini. Sejak dari awal SMA sampai bekerja, dari usia 15 sampai 25 tahun saya tidak mempelajari hal untuk mencintai seorang perempuan secara nyata. Keluputan ini membuat aku rasa sesal. Saya menyadari rasa kesepian saat berada dititik usia 25 tahun, hampa, hening, dan ada rasa kekosongan yang ada di hati ini.
Kehampaan hati ini dikarenakan saya memikirkan seseorang yang tidak akan pernah memikirkanku, sejak SD saya menyukai seorang perempuan yang berinisial T. Saya hanya melihat dia dari kejauhan dan mencintai dalam keadaan diam. Hal tersebut saya dobrak, dan mencoba untuk tidak memikirkan perempuan yang saya maksud. Pada akhirnya, saya memberanikan diri untuk menyapa seorang perempuan yang masih di lingkup circle pertemanan jalur pendidikan/ pelatihan. Pendekatan saya lakukan waktu ke waktu hampir kurang lebih tiga bulan tapi, pada akhirnya pendekatan ini kandas. Disisi lain, niat saya untuk mencari perempuan, bukan untuk saya jadikan sebagai pacar, akan tetapi teman hidup. Tidak adanya pengalaman untuk mendekati seorang perempuan membuat diriku ini sebagai secangkir kosong, tidak ada keilmuan sama sekali dibidang ini. Saya tidak sama sekali mengenali love language itu sepertia apa, dan bahasa cinta lainya. Saya hanya melakukan dengan do'a tanpa mengenali hal diluar do'a itu seperti apa. Sebuah kesalahan besar karena saya tidak manaruh untuk mencintai seseorang didalam bucketlist saya.
Minimnya romantisme membuat komunikasi dan prilaku diri saya ini tidak lancar dalam hal percintaan. Bagaimana tidak, untuk menyentuh seorang perempuan saja saya tidak berani. Akan menjadi suatu evaluasi untuk diri ini agar diri ini bisa mecintai seorang perempuan. Saatnya memasukan mencintai seorang perempuan masuk kedalam bucketlist ini.
Komentar
Posting Komentar